Beranda | Artikel
Hukum Puasa di Pertengahan Syaban - Syaikh Shalih Al-Ushaimi #NasehatUlama
Rabu, 24 Agustus 2022

Setelah itu, beliau membahas masalah lain,
tentang orang yang tidak berpuasa di bulan Syaban seluruhnya,
dan juga tidak memiliki kebiasaan berpuasa
di hari tertentu secara rutin di bulan Syaban hingga pertengahan bulan Syaban.

Dia menyebutkan bahwa puasa tersebut hukumnya makruh,
berdasarkan hadis ini, yaitu hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh para pengarang kitab Sunan:
“Jika sudah pertengahan bulan Syaban, maka janganlah kalian berpuasa.”

Hadis ini telah dikritisi oleh beberapa ulama Hafiz senior,
seperti Ahmad bin Hanbal, Abu Zur’ah ar-Razi,
Abu Dawud al-Sijistani, dan selain mereka,
dan yang lebih tepat bahwa hadis ini lemah dan tidak sahih.

Jika ada yang berkata bahwa hadis ini diriwayatkan melalui jalur ʿAllāʾ bin Abdurrahman,
dari ayahnya, dari Abu Hurairah,
sedangkan Imam Muslim meriwayatkan hadis dari jalur ini,
sehingga hadis adalah hadis sahih menurut syarat Muslim.

Bagaimana menjawabnya?
Silakan, Muhammad!
Bagus!
Bahwa hadis ini berasal dari jalur riwayat yang diabaikan oleh Muslim,
sedangkan jalur-jalur riwayat yang hadisnya diabaikan,
maka tidak bisa dikatakan sesuai dengan syarat Muslim.

Buktinya, bersamaan dengan dibutuhkanya hadis ini dalam bab ini,
namun Muslim berpaling dari hadis ini,
karena pengarang kitab Sahih, jika berpaling dari suatu hadis,
padahal itu perlu disebutkan dalam bab tersebut,
itu adalah isyarat bahwa hadis itu bermasalah!

Apalagi jika berasal dari jalur riwayat yang diabaikan.
Jadi, hadis ini adalah hadis lemah dan tidak sahih,
sehingga kesimpulannya: TIDAK MAKRUH berpuasa setelah pertengahan bulan Syaban.

Adapun yang TERLARANG adalah mendahului Ramadan dengan puasa
sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali jika seseorang menjalankan kebiasaan puasanya,

maka itu boleh baginya, adapun jika tidak demikian
maka hal itu terlarang, menurut dua pendapat yang ada:
pendapat pertama makruh dan kedua haram.

Dan yang benar—dan Allah lebih mengetahui—adalah haramnya mendahului puasa Ramadan
dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, bagi orang yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa,

sebagaimana telah dijelaskan dalam pelajaran kitab Maqāṣid as-Ṣaum karya Abu Muhammad bin Abdussalam,
yang merupakan salah satu pelajaran dari program di hari pertama.

====

ثُمَّ أَوْرَدَ بَعْدَ ذَلِكَ مَسْأَلَةً أُخْرَى

فِيمَنْ لَمْ يَصُمْ شَعْبَانَ كُلَّهُ

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ عَادَةٌ بِصِيَامِ

أَيَّامٍ مُعْتَادَةٍ مِنْ شَعْبَانَ وَانْتَصَفَ شَعْبَانُ

فَذَكَرَ أَنَّهُ يُكْرَهُ الصَّوْمُ فِيهِ

لِأَجْلِ هَذَا الْحَدِيثِ وَهُوَ حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ عِنْدَ أَصْحَابِ السُّنَنِ

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلاَ تَصُومُوا

وَهَذَا الْحَدِيثُ قَدِ اسْتَنْكَرَهُ جَمَاعَةٌ مِنَ الْحُفَّاظِ الْكِبَارِ

كَأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَأَبِي زُرْعَةَ الرَّازِيِّ

وَأَبِي دَاوُدَ السِّجِسْتَانِيِّ فِي آخَرِينَ

وَهُوَ الْأَشْبَهُ أَنَّ هَذَا حَدِيثٌ ضَعِيفٌ لَا يَصِحُّ

وَإِذَا قَالَ الْقَائِلُ إِنَّ هَذَا الْحَدِيثَ مِنْ رِوَايَةِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ

عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ

وَقَدْ أَخْرَجَ مُسْلِمٌ هَذِهِ النُّسْخَةَ

فَيَكُونُ هَذَا الْحَدِيثُ صَحِيحًا عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ

فَمَا الْجَوَابُ؟

نَعَمْ يَا مُحَمَّدُ

أَحْسَنْتَ

أَنَّ هَذَا الْحَدِيثَ مِنْ نُسْخَةٍ انْتَقَى مُسْلِمٌ مِنْهَا

وَمَا كَانَ مِنَ النُّسَخِ الَّتِي يُنْتَقَى مِنْهَا حَدِيثٌ

لَا يُقَالُ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ

وَالدَّلِيلُ هُوَ أَنْ هَذَا الْحَدِيثَ مَعَ الْحَاجَةِ إِلَيْهِ فِي بَابِهِ

فَإِنَّ مُسْلِمًا أَعْرَضَ عَنْهُ

وَصَاحِبُ الصَّحِيحِ إِذَا أَعْرَضَ عَنْ حَدِيثٍ

مَعَ الْحَاجَةِ إِلَيْهِ فِي الْبَابِ

فَإِنَّهُ يُشِيرُ إِلَى تَعْلِيلِهِ

وَلَا سِيَّمَا إِذَا صَارَ فِي نُسْخَةٍ يَنْتَقِي مِنْهَا

فَهَذَا الْحَدِيثُ حَدِيثٌ ضَعِيفٌ لَا يَصِحُّ

وَلَا يُكْرَهُ الصِّيَامُ بَعْدَ انْتِصَافِ شَهْرِ شَعْبَانَ

وَإِنَّمَا الْمَنْهِيُّ عَنْهُ هُوَ تَقَدُّمُ صَوْمِ رَمَضَانَ

بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ يَصُومُ عَادَةً

فَلَهُ ذَلِكَ وَأَمَّا مَا عَدَا ذَلِكَ

فَمَنْهِيٌّ عَنْهُ عَلَى قَوْلَيْنِ اثْنَيْنِ

أَحَدُهُمَا الْكَرَاهَةُ وَالثَّانِي التَّحْرِيمُ

وَصَحِيحٌ وَاللهُ أَعْلَمُ هُوَ الْقَوْلُ بِتَحْرِيمِ تَقَدُّمِ شَهْرِ رَمَضَانَ

بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ لِمَنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ عَادَةٌ

كَمَا تَقَدَّمَ تَقْرِيرُهُ فِي دَرْسِ مَقَاصِدِ الصَّوْمِ لِأَبِي مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ

هُوَ أَحَدُ دُرُوسِ بَرْنَامَجِ الْيَوْمِ الْوَاحِدِ


Artikel asli: https://nasehat.net/hukum-puasa-di-pertengahan-syaban-syaikh-shalih-al-ushaimi-nasehatulama/